Sunday, November 14, 2010

Kembali ke Masa Lalu Lewat Kota Tua

Hari Kamis, 11 November 2010 lalu kami SMP Al-Azhar Syifa Budi Cibubur - Cileungsi melakukan study tour ke Monas dan Kota Tua. Perjalanan kami awali dengan mengunjungi Monas. Sebuah monument kebanggan bagi para rakyat Indonesia yang terletak di depan Istana Negara (Kantor Presiden) di Jl. Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat.

Lewat perjalanan ini kami mengetahui Monas dibangun pada tahun 1961 dengan ketinggian 132 meter. Pembangunannya merupakan ide dari presiden pertama RI, yaitu Ir. Soekarno. Keunikan Monas terdapat pada puncak bangunannya yang terdapat nyala obor yang terbuat dari perunggu seberat 14,5 ton. Nyala obor ini kemudian dilapisi dengan emas murni seberat 35 kilogram. Monas merupakan hasil karya anak bangsa yaitu F. Silaban. Namun, dalam pengerjaannya (pelaksanaan konstruksinya) dibantu oleh beberapa ahli dari Jepang dan Italia.

Monas merupakan objek wisata yang terkenal di Jakarta. Karena itu Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sangat menjaga kebersihan dan keindahan disana. Pemandangan indah, lingkungan bersih dan angin semilir yang menerpa membuat kita betah berlama-lama di puncaknya.

Selanjutnya, kita mengunjungi Museum Sejarah Jakarta atau yang juga dikenal sebagai Museum Fatahillah atau Museum Batavia adalah sebuah museum yang terletak di Jl. Taman Fatahillah No. 2, Jakarta Barat dengan luas lebih dari 1.300 meter persegi.

Gedung ini dulu adalah sebuah Balai Kota (Stadhuis) yang dibangun pada tahun 1707-1710 atas perintah Gubernur Jendral Johan van Hoorn. Bangunan itu menyerupai Istana Dam di Amsterdam, terdiri atas bangunan utama dengan dua sayap di bagian timur dan barat serta bangunan sanding yang digunakan sebagai kantor, ruang pengadilan, dan ruang-ruang bawah tanah yang dipakai sebagai penjara. Tanggal 30 Maret 1974, gedung ini kemudian diresmikan sebagai Museum Fatahillah.

Di dalam gedung kita dapat melihat meriam yang dianggap mempunyai kekuatan magis yaitu meriam Si Jagur. Si Jagur terbuat dari 13 leburan meriam dan 14 sack semen. Yang didatangkan langsung dari Portugis. Bentuk jempol yang berada di belakangnya (yang seringkali membuat salah paham ini) mempunyai arti kejantanan. Konon, suami yang memegang jempolnya akan mendapat keturunan (tentu saja dari istrinya…)

Selain itu, kita juga dapat melihat patung Dewa Hermes yang asli yang tadinya terletak di perempatan Harmoni. Diantara jalan dari patung Dewa Hermes dan sumur kita dapat melihat pintu besar berwarna merah yang merupakan penjara bawah tanah (yang katanya khusus bagi para wanita).

Di dalamnya tercium bau yang sangat apak dan juga terdapat batu-batu guna mengikat tahanan. Penjara tersebut merupakan tempat menunggu bagi para tahanan sebelum di vonis. Namun, biasanya para tahanan tersebut sudah meninggal sebelum di eksekusi disebabkan penyakit yang tak jauh beda. Kalau bukan diare, disentri berarti terserang amoeba.

Museum Sejarah Jakarta juga memiliki replika prasasti Ciaruteun dari Tarumanegara. Wardrobe antik dari abad 17-19. Juga ada koleksi seperti keramik, gerabah, dll. Koleksi-koleksi ini terdapat di berbagai ruang, seperti Ruang Prasejarah Jakarta, Ruang Tarumanegara, Ruang Jayakarta, Ruang Fatahillah, Ruang Sultan Agung, dan Ruang MH Thamrin.

Di depannya (alun-alun) terdapat stadhuis plain atau tempat eksekusi atau pemenggalan para tahanan. Namun kini dijadikan sebagai arena untuk bermain sepeda Ontel. Perjalanan kembali ke masa lalu ini sangatlah bagus (walau pada akhirnya kami sangat kelelahan. Hehehe…)

2 comments:

  1. Beeuh, asli Jeng, eerie banget di museum fatahillah itu! Kau asik ngontel siih, aku udah merinding aja ngeliatin ruang-ruang di sana.
    Oya, pembatas ruangan yang ada ukiran (kayaknya) perseus itu mana? ko ga disebut? terus banyaknya bunga lotus di sana!

    ReplyDelete
  2. hehehe... pengen sih tapi lupa! aku ngerjain ini jam 10 malam

    ReplyDelete